Reaksi keras ditunjukan oleh Adi saat seseorang yang baru saja dia kenal di coffee shop siang ini, mengajaknya bergabung menjadi seorang tenaga penjual (pemasaran) asuransi… Tentu saja reaksi tidak langsung dikatakan oleh Adi, namun pikirannya berteriak, “Jadi agen asuransi? Ogah banget!” Singkat, padat dan jelas hal ini menggambarkan penolakan dari Adi, walau hanya diungkapkan dalam hati… Yang terucap berbeda dari isi hatinya, demi menjaga nilai luhur bangsa ini, sopan santun… “Maaf Mas, saya ngga tertarik ke acara begituan”, ujar Adi singkat… Kenalkan, Adi! Yoga Adi Pratama, lulusan strata satu dari perguruan tinggi ternama di Jakarta. Konon, menempa ilmu di perguruan tinggi ini dapat menghabiskan kocek sang orang tua… Adi adalah putra tunggal dari seorang pengusaha sukses, bertempat tinggal di kawasan elite daerah Jakarta Selatan dan memiliki segala yang diimpikan banyak orang, KE-KA-YA-AN! “Ditawari jadi agen asuransi? Lulusan S1? No way!”, begitu keyakinan diri Adi begitu mendengar ajakan untuk datang ke acara Business Opportunity Presentation yang diselenggarakan kenalan barunya itu… Lucunya, Reno, orang yang mengajaknya kenalan barusan malah terbingung-bingung, “Kok baru ditawari datang ke acara seminar Business Opportunity saja sudah menolak, apa yang salah memangnya?”, begitu pikir Reno. Apa ada yang salah kata Reno…?? Sekarang kenalkan, Reno! Reno Aditya, tenaga penjual asuransi kelas pemula… Baru bergabung atas ajakan seseorang yang sebenarnya adalah tetangganya sendiri selama 23 tahun ini… Baru 3 bulan belakangan Reno berkomunikasi lebih intensif dengan tetangganya itu, sang perekrut… Tidak banyak yang dapat diceritakan tentang Reno, selain Ia lulusan S1 yang sudah terlalu lama belum mendapatkan pekerjaan dan cenderung lontang lantung… Tentangganya pun tidak sengaja bertemu dengan Reno disaat ia lebih sering terlihat wara – wiri di siang bolong sementara banyak orang disaat tersebut sudah berangkat beraktifitas (baca: kerja)… Setelah percakapan singkat, tawaran pun datang ke Reno untuk menjadi tenaga penjual (pemasaran) asuransi, bahasa kerennya, Agen Asuransi Jiwa… Gayung bersambut, Reno pun datang ke sebuah acara seminar dan terpesona dengan deretan pembicara yang mengkisahkan kesuksesan mereka, singkat cerita, Reno termotivasi… Dilanjutkan mengikuti jadwal pelatihan dasar hingga ujian lisensi, membuat Reno resmi menjadi tenaga penjual asuransi berlisensi, resmi dan diakui, itu pun setelah dua kali mengikuti ujian lisensi keagenan… Berikutnya, terserah Reno… Atas inisiatif diri sendiri Reno akhirnya iseng-iseng mengikuti pelatihan produk dan penjualan di kantor pusat perusahaan asuransi jiwa tersebut… Berbekal hal tersebut, Reno pun melenggang masuk ke lapangan pertandingan melawan pemain lama yang tak kasat mata… Sekali mendekati calon nasabah alias prospek-an, kena tolak… Kedua kali mendekati, kena tolak lagi… Tepat yang ketiga kali ditolak, dia menyerah dan mengirim sms ke perekrut, “Mas, sori. Saya ngga bisa jualan. Ngga ada yang mau.” Sontak sang perekrut membalas, “Saya telp kamu ya…” “Halo, Reno? Kamu dimana?”, sergap perekrut Reno… “Saya lagi di rumah calon nasabah Mas. Ini baru keluar… Udah tiga kali Mas saya nawarin ke orang, ngga ada yang mau. Kenapa susah ya Mas jualnya? Katanya..”, dan omongan Reno terpotong oleh perekrut, “Saya jemput, kamu daerah mana?” Siang itu mereka makan sembari membahas ‘jurus jitu’ berikutnya, “Kalau ngga bisa closing (jualan), rekrut saja!”, begitu ujar sang perekrut… “Oh, jadi kalau saya ngga bisa jualan saya bisa ajak orang saja Mas?”, tukas Reno polos… “Ya! Bisa kok… Udah, ayoo sambil makan…”, potong sang perekrut… Tibalah saat Reno bertemu Adi di sebuah coffee shop, secara tidak sengaja… Untuk bisa berada di coffee shop ternama tersebut, bukan hal biasa bagi Reno… Maklum, pengangguran yang satu ini harus pintar mengelola keuangan pribadi, maksudnya IRIT! Sebelum bertemu Adi, beberapa waktu sebelumnya Reno datang karena diundang salah seorang teman kuliahnya untuk membantunya mengerjakan sebuah proyek event dan mereka berdiskusi singkat di coffee shop tersebut… Selepas dari diskusi persiapan event tersebut, sang kawan meninggalkan lokasi lebih awal… Jadilah Reno berkesempatan duduk sendiri lebih lama dan ditemani segelas besar Caramel Ice yang terasa manis sekali dibandingkan kopi susu sachet yang biasa Ia konsumsi… Sambil duduk-duduk Reno memperhatikan beberapa orang di coffee shop, siapa yang kira-kira bisa dia prospek? Dan….ada Adi disana… “Ngomong apa ya gue ke orang itu?”, pikir Reno… “Pinjem korek ah”, pikir Reno singkat… “Sorry Mas, bisa pinjam koreknya?”, ucap Reno membuka percakapan… “Oh boleh, pakai saja Mas”, jawab Adi saat itu sambil terus menatap laptop canggihnya yang berlogo buah sedikit tergigit… Sambil berusaha menyalakan rokoknya, Reno melihat sekilas gadget Adi mulai dari Handphone dan Laptop hingga dompet dan kunci mobil yang tergeletak di meja… “Tajir neehh”, bisik Reno dalam hati… “Sendiri Mas?”, ucap Reno sambil meletakkan kembali korek besi milik Adi… “Iya Mas..”, jawab Adi sopan… “Kerja atau browsing Mas?”, lanjut Reno… “Browsing kerjaan Mas”, jawab Adi sambil tersenyum miris… “Nah, pas itu Mas! Saya ada undangan untuk Mas kalau mau kerjaan bagus… Uangnya itu lho Mas, bisa beli ini itu… Penghasilannya ngga terbatas”, celoteh Reno bersemangat… “Oh ya?!”, jawab Adi singkat tak bersemangat… “Iya Mas, ada seminarnya kok… Minggu ini datang aja ke alamat ini Mas, bisa ya…”, lanjut Reno sambil menunjukan sebuah alamat dibalik undangan tersebut… “Seminar apa Mas?! Sama…ini memang kerjaan apa sih?!”, ujar Adi penuh tanya… “Asuransi Mas, asuransi jiwa… Nanti Mas bisa sama-sama saya jadi agen asuransi Mas… Gimana Mas, bisa?”, jawab Reno panjang lebar… “Jadi agen asuransi? Ogah banget!”, jawab Adi dalam hati… Namun yang diucap Adi adalah, “Maaf Mas, saya ngga tertarik ke acara begituan”, untuk menjaga sopan santun… Seketika Reno berpikir, “Jualan susah, ngajak orang juga susah, lha terus bisnis ini menjanjikan apa?”… “Mimpi kali ya”, kata Reno sambil pelan-pelan meninggalkan meja Adi… “Mas, saya sudah pikir ulang… Saya mau fokus bantu teman di event kantor dia… Kayaknya saya cocok disana… Terima kasih.”, petikan SMS Reno ke perekrutnya… Sekian kali sang perekrut mengirim SMS dan menelpon, sekian kali itu pula tidak digubris Reno… Setidaknya, Reno tidak mengalami Muntaber dan Hipertensi, alias Mundur Tanpa Berita serta Hilang Pergi Tanpa Permisi… Karena Ia telah pamitan terlebih dahulu… Kini giliran sang perekrut yang bingung mengapa Reno patah semangat begitu saja… BERSAMBUNG... PART 2
0 Comments
Tiga bulan berlalu, semua seperti baik-baik saja bagi Reno maupun Adi, bahkan mungkin sang perekrut… Sampai sebuah kejadian mengagetkan Adi, sang Ayah terjatuh di kamar mandi selepas olah raga pagi rutin… Bergegas menuju rumah sakit, pertolongan medis pun diberikan… Adi pun terpana memperhatikan pria gagah berusia 51 tahun itu roboh seketika, tanpa peringatan dini… Olah raga adalah makanan sehari-hari sang Ayah… Namun rokok pulalah yang menemaninya sebelum dan selepas olah raga… Makanan bersantan dan tinggi kolesterol adalah menu karibnya… Duren pun menjadi candu tersendiri… Ajaib, puluhan tahun Adi menyaksikan sang Ayah hidup dengan kebiasaan seperti itu tanpa gangguan kesehatan, kini sang Ayah rebah dalam pelukan kasur rumah sakit ternama di Selatan Jakarta… Adi berandai, jika saja sang Ibunda masih ada tentu Ia tak akan sepanik ini… Sayang, sang Ibunda lebih dulu menghadap sang pencipta lima tahun lalu setelah tiga tahun sebelumnya berjuang melawan penyakit berkode DM1, Diabetes Melitus tipe 1… Apa yang kini menimpa sang Ayah? Adi berharap, “Moga-moga Ayah hanya kelelahan ya…” Dokter berkata lain, “Adi, papa kamu saat ini sedang kami obeservasi. Segera akan kami kabari kondisinya. Kamu yang tenang ya…” Sedikit menenangkan namun lebih banyak membuat penasaran… Setelah ditunggu kabar itu pun keluar, “Adi, papa kamu terserang stroke. Stroke hemorragik . Saat ini kami lakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Papa kamu. Kamu yang sabar ya…” Seketika Adi mengambil gadget canggihnya, memasukan kata “stroke” ke perambah dan mendapatkan banyak sekali artikel mengenai stroke… Demi memuaskan penasaran, Ia pun membaca satu persatu sementara satu per satu air matanya menetes, membayangkan yang terburuk didepan mata… Lima tahun lalu, dokter yang menangani almarhum Ibunda Adi berujar mirip-mirip, berusaha menenangkan sang Ayah di masa itu… “Stroke[1] (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, “serangan jantung”. Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara” Dari wikipedia di link ini http://id.wikipedia.org/wiki/Stroke, Adi menemukan artikel diatas… Masih bingung dengan maksud penyakit stroke, Adi hanya membaca berulang-ulang poin ini, “Merusak atau mematikan sel-sel saraf di otak”, “Kematian jaringan otak” dan yang jelas-jelas Adi dapat mengerti adalah kalimat, “Stroke adalah penyebab kematian” serta “Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan di anggota badannya”… Empat poin yang membuat Adi pucat mendapati sang Ayah bukan kelelahan semata, namun terkena penyakit serius, stroke hemorragik alias pecahnya pembuluh darah di otak … Entah apa yang terjadi selanjutnya… Tujuh hari sudah sang Ayah dirawat, biaya yang dikeluarkan tak terhitung lagi… Kamar VIP membuat biaya membengkak, untunglah Oom Sam asisten kepercayaan sang Ayah terus mengawal proses ini dengan baik… Disela-sela menunggui sang Ayah, Pak Sam dan Adi bercerita perihal awal terjadinya kejadian ini… Tentunya obrolan ini terjadi disaat tamu sang Ayah telah selesai menjenguk dari luar ruang ICU… “Oom Sam, Ayah kenapa bisa begini sih?”, ujar Adi penuh tanya… Oom Sam menjawab dengan getir, “Aku sudah ingatkan Papa kamu, usianya tidak lagi baik untuk terus hidup dengan rokok dan jeroan, tapi ya Papa-mu itu lah…”, jawab Oom Sam… Obrolan berlanjut ke topik yang lebih pribadi ke Adi… “Di, kamu kenapa sih ngga mau nerusin usaha Papa? Atau setidaknya kamu kerja di perusahaan teman Papa kamu itu? Kok Oom dengar kamu nolak terus?”, ujar Oom Sam… “Mau mandiri Oom, ngga tergantung dari Papa dan ngga mau kerja sama teman Papa, nanti hutang budi. Karena itu aku nyari kerjaan sendiri”, ujar Adi lirih… Suasana hening dan mereka pun saling menyibukan diri… Oom Sam tahu, sang Papa keras pendiriannya begitu juga sang Anak… Selepas peninggalan sang Ibunda, Papa Adi lebih melunak… Hari kesepuluh tiba, dokter memanggil Oom Sam dan Adi, memberitahukan bahwa saat ini kehidupan sang Ayah hanyalah bergantung kepada alat bantu pernafasan… Pilihan harus diambil, “Terus menggunakan alat bantu atau melepaskannya” Pihak keluarga beserta Adi sepakat merelakan alat bantu pernafasan dilepas dari tubuh sang Ayah dengan berat hati, agar beliau tidak tersiksa lebih lama… Dan bunyi “beep” panjang merintih diruang ICU menandakan detak jantung sang Ayah telah hilang, seketika setelah alat bantu dilepaskan… Hening…Sunyi… Senyap… Proses persiapan dari rumah duka hingga pembaringan terakhir telah dijalankan dan selesai… Tiba waktunya untuk Adi menatap hari esok, yang sudah tentu akan berubah total… Hidup sendiri tanpa orang tua… Tiba saat pembacaan wasiat dan pembagian warisan… Notaris membacakan wasiat Ayahanda satu per satu dan tidak ada yang krusial… Hingga tiba sebuah surat diserahkan oleh notaris kepada Adi, tertutup rapih dan belum ada niatan untuk Adi membukanya… Lepas urusan waris, Oom Sam melaporkan seluruh hal yang terkait dengan usaha sang Ayah… Berita yang tak kalah buruk menghampiri Adi… “Usaha Ayah-mu memiliki hutang yang besar dan sudah jatuh tempo Adi… Sepanjang sepuluh hari di rumah sakit, ada banyak biaya yang dikeluarkan dari kantong Ayah kamu…”, tegas Oom Sam… “Usaha pun sedikit tersendat sebenarnya selama ini, khususnya sepanjang lima tahun sejak Ibu kamu pergi… Ayah kamu seperti kehilangan gairah… Puncaknya adalah sehari sebelum Ayah kamu stroke… Keputusan pengadilan menyatakan perusahaan Ayah kamu dipailitkan…”, penjelasan singkat dari Oom Sam… “Kok tidak ada yang kasih tau aku Oom?”, sergah Adi… “Sudah Adi, sudah pernah Ayah kamu coba… Ayah kamu memanggil kamu sejak tahun lalu untuk meminta kamu duduk di perusahaannya, membantu Ia merapihkan semuanya… Hanya kamu motivasi dia yang terakhir… Dan kamu pun bergeming… Kini semua sudah berakhir…”, jelas Oom Sam… Shock berat Adi mendengar semua itu… Namun apa dikata, proses pengadilan pun telah memutuskan sita aset yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat… Perusahaan Ayahnya yang dibangun puluhan tahun, rontok seketika… Rumah megah yang Ia tempati selama ini dan mobil yang digunakan Adi sehari-hari, disita begitu saja… Hanya tersisa sebuah rumah sederhana peninggalan Ayahnya di daerah Depok… Praktis Adi harus angkat kaki dari kediaman megahnya selama ini… Pun Adi angkat kaki dari kehidupan selama ini yang bertemakan, KE-KA-YA-AN! Uang cash di tangan tak lebih dari 10 juta, sisa lainnya dari waris harus Ia relakan menebus hutang usaha sang Ayah… Tak tanggung-tanggung, rumah sederhana peninggalan sang Ayah saat ini tak layak huni. Dua puluh tahun lamanya tak dihuni dan atau sekedar dikunjungi, hanya menyisakan puing bangunan karena seluruh bagian rumahnya telah dijarah… Adi pun terpuruk seketika… Saudara Adi saling ingin membantu, bahkan Oom Sam ingin Adi tinggal bersamanya… Begitu banyak jasa Ayah Adi bagi keluarga mereka dan juga Oom Sam menjadikan mereka berlomba-lomba ingin membalas budi… Namun Adi memiliki prinsip tidak ingin ada hutang budi… Maka inilah tiba saatnya Adi berjuang diatas kaki sendiri… Tiga bulan sepeninggalan sang Ayah, Adi masih tidak mendapatkan pekerjaan… Uang menipis… Kehidupan terus berjalan… Entah mengapa, dari tas kesayangannya tersembul sebuah amplop lusuh… Adi buka dan ternyata surat dari mendiang Ayahanda tempo hari yang diserahkan notaris berisikan, “Adi, kelak kamu harus benar-benar mandiri tanpa Ayah. Keputusan kamu untuk mandiri Ayah hargai. Pastikan kamu bertanggung jawab dengan pilihan itu. Buktikan kamu dapat menjadi lebih baik dari Ayah” Terpana, tak mampu berkata-kata… Adi kali ini berharap isi surat itu adalah peta harta karun atau nomer telepon sahabat sang Ayah yang siap membantu, namun ternyata isinya hanyalah pesan singkat 29 karakter… Saat menarik amplop tersebut, Adi melihat isi tas kesayangannya penuh dengan kertas dan beberapa lembar surat lamaran… Berusaha merapihkan, Adi mengeluarkan satu per satu kertas-kertas tersebut dan sebuah kertas menyerupai undangan terlihat, bertuliskan, “Hadirilah, Business Opportunity Presentation bla bla bla…” Seketika Adi teringat sebuah kejadian di coffee shop kurang lebih enam bulan lalu, ada seseorang meminjam koreknya dan menawarkan untuk menjadi agen asuransi jiwa… Adi teringat kata-kata ini, “Nah, pas itu Mas! Saya ada undangan untuk Mas kalau mau kerjaan bagus… Uangnya itu lho Mas, bisa beli ini itu… Penghasilannya ngga terbatas” “Apa iya?!”, kata Adi dalam hati… Dibaliklah undangan itu dan segera di hubungi nomer tanpa nama pemiliknya yang tertera dibalik undangan… Sekali – dua kali dihubungi, tidak diangkat… Alamat dibawahnya, sebuah agensi berlokasi di Sudirman menarik perhatian Adi untuk bertandang… Daerah Sudirman, gedung ternama, lebih dari satu lantai pula. Baguskah bisnis ini?! “Hmmm… Jadi agen asuransi?!”, Adi berpikir keras… BERSAMBUNG... PART 3 Sudah lebih dari enam bulan lamanya Adi terus menerus mencari pekerjaan yang dia harapkan… Tidak ada panggilan yang menarik hatinya walau dana tunai yang dimiliki menipis… Dalam keadaan tersebut, Adi secara naluriah mengatur keuangannya agar dapat bertahan hidup selama mungkin… Segala upaya mendapatkan penghasilan sampingan dijalani… Berbekal pergaulan selama ini, Adi terus berkomunikasi kepada beberapa teman lama, mulai dari membantu satu-dua hal sampai dengan menjadi perantara jual beli… Semua demi bertahan hidup… Tidak perlu waktu lama bagi Adi yang notabene berasal dari keluarga kaya untuk dapat melakukan aksinya sebagai tenaga penjual… Usaha mendiang Ayahnya menuntut para tenaga penjualan di perusahaan tersebut cakap melakukan penutupan penjualan, alias closing-an bahasa mereka… Adi kecil terbiasa melihat langsung dan beberapa kali berkesempatan ikut salesman kepercayaan Ayahanda dalam melakukan prospecting… Hasilnya, bakat terpendam tercipta tanpa sengaja… Dan Adi paham sekali, berbisnis adalah salah satu cara terbaik untuk (kembali) kaya… “Tinggal tiga juta uang ku… Mungkin hanya dapat bertahan satu bulan kurang… Hmm… Aku harus menyelamatkan diri…”, pikir Adi dalam hati… Ditengah kegalauan, seseorang menelpon… “Ya Pak… Benar Pak… Ok Pak, baik Pak… Saya akan datang besok. Terima kasih Pak”, jawab Adi kepada seseorang yang berbicara di seberang sana… Sebuah undangan interview atas salah satu dari sekian banyak lamaran yang pernah Adi kirim entah kapan di waktu lalu… Berlokasi di Sudirman, nama gedungnya mengingatkan dia akan sesuatu, tapi apa ya?! “Selamat siang, saya Adi. Yoga Adi Pratama. Saya ada janji interview dengan Pak Arie pagi ini”, ujar Adi kepada resepsionis perusahaan yang memanggil Adi… Singkat cerita, Adi menjalankan interview dengan harapan besar… Sayang, latar belakang Adi yang tanpa pengalaman kerja sebelumnya membuat Adi hanya mendapatkan posisi kurang bagus alias staf terbawah dalam piramida organisasi… Gaji dan lainnya jauh dari bayangan cukup dalam benak Adi… Pasrah… Dengan langkah gontai Adi turun dan keluar dari gedung megah tersebut… Tiba diluar pelataran pedestrian, Adi kembali menunggu kendaraan umum ditengah hiruk pikuk dan panasnya Jakarta di pukul 12 siang… Panas, terik, lelah, lapar… “Kombinasi lengkap untuk bunuh diri”, pikir Adi… Wajar, puluhan tahun menikmati KE-KA-YA-AN, membuat perasaan Adi tidak karuan semenjak kepergian sang Ayah… Syukurlah, Ia pernah melewati masa suram yang serupa saat usia 10 tahun dimana usaha Ayahnya kala itu terhempas alias bankrut, menjadikannya tidak begitu terkejut atas perputaran roda kehidupan ini… Lama tak kunjung datang kendaraan umum yang ditunggu, Adi sibuk melihat-lihat sekitar… Seketika, ada dorongan untuk melihat ulang nama gedung yang baru saja ditinggalkan sekitar 25 menit lalu itu… “Hmm… Nama gedung ini kok familiar ya?!”, pikir Adi dalam hati… Dorongan itu makin besar untuk sedikit mundur dari sisi luar pedestrian dan mulai merogoh isi tasnya… Dikeluarkan beberapa lembar kertas yang sudah dirapihkan di hari sebelumnya dan ketemulah apa yang mengusik pikirannya saat ini, sebuah undangan Business Opportunity… Gedung yang sama, beda lantai… Dan Adi kini berada tepat didepannya… “Business Opportunity… Artinya adalah Kesempatan Bisnis… Hmm…, bisnis apaan ya ini? Kok asuransi di-bisnis-in”, pikir Adi… “Bukannya itu dijualin ya?!”, lanjut pemikiran liar Adi… “Ah, mumpung sudah ada disini, nanya-nanya ah…”, hemat Adi… Ragu-ragu Adi melangkah masuk kembali ke dalam gedung dan menuju lantai yang tertulis di undangan… Keluar lift, Adi terpana melihat lantai tersebut hanya berisi satu perusahaan… Tidak ada tenant lain… Dia pikir, “Pasti perusahaan besar” Perusahaan yang didatangi pagi tadi, kalah besar… “Tapi mau ketemu siapa ya?!”, pikir Adi… “Siang Mba… Saya Adi… Begini Mba, dulu banget saya ketemu orang namanya siapa itu saya lupa, dia ngajak saya ke acara ini di undangan ini… Tapi saya ngga tau juga orang itu siapa…”, ujar Adi sambil memperlihatkan dan menunjuk-nunjuk undangan tersebut kepada resepsionis yang ada disana… “Mas, ini undangan kayaknya udah lama banget ya… Memang ada namanya Business Opportunity setiap bulan, tapi hari ini lagi ngga ada…” “Oh gitu ya Mba? Ya sudah, makasih ya Mba…”, jawab Adi tak bersemangat… “Hi, kenalin saya Erick. Antonius Erick, agent disini… Kamu mencari seseorang dikantor ini?”, potong seorang pria yang dari tadi memperhatikan percakapan Adi dengan sang resepsionis … “Buset, siapa ini ya? Muda, keren dan ramah… Negor gue duluan pula… Seperti pernah lihat orang ini… Artis kali ya…”, pikir Adi dalam hati… “Saya Adi, Pak. Yoga Adi Pratama. Saya dulu ketemu seseorang tapi lupa namanya, dia ajak saya ke acara ini”, sambil Adi menunjukan undangan yang tadi… “Saya mau tahu aja sih, kesempatan bisnis apa sih maksudnya disini?”, lanjut Adi bertanya penuh maksud… “Oh, itu nama salah satu acara bulanan kami… Gunanya untuk mempresentasikan kesempatan berkembang bersama kami, para agen dari agensi perusahaan asuransi ternama ini”, sambil menunjuk logo perusahaan asuransi dari agensi tersebut… “Ohh…”, jawab Adi datar… Selain tidak paham, Adi tidak mengerti apa itu agensi… Melihat gerak-gerik Adi yang seperti itu Pak Erick memotong, “Memangnya apa tujuan kamu kesini?! Oh ya, ngobrol di ruang meeting itu saja ya…” “Ta, ruang meeting kosongkan?!”, tanyak Pak Erick ke Dita, resepsionis kantor… “Kosong Pak, pakai saja…”, jawabnya… “Thanks Dita. Nanti kalau anak-anak nyari saya, kasih tau saya disana ya…”, ujar Pak Erick sebelum beranjak masuk ruangan bersama Adi… “Anak-anak? Orang ini kerja dikantor sambil bawa anaknya? Enak banget ya?!”, pikir Adi dalam hati… “So, Adi.. Nama kamu familiar di kuping saya… Ok, aapa yang membuat kamu kesini Adi?! Jarang-jarang saya bertemu seseorang yang datang sendiri ke kantor agensi mau ikut BOP… Oh ya Adi, acara yang tadi kamu maksud namanya BOP. Business Opportunity Presentation”, ujar Pak Erick mengawali pembicaraan… “Begini Pak, beberapa waktu lalu saya bertemu seseorang, saya benar-benar lupa namanya… Kami ketemu di coffee shop… Awalnya dia pinjam korek ke saya, lalu nanya-nanya dan ujung-ujungnya nawarin ke acara ini”, jawab Adi sambil menunjuk lagi ke undangan itu… “Karena dia bilang ini asuransi, saya males nanggepin Pak, dan dia pun pergi”, begitu Adi menjelaskan… “Tapi undangan ini saya simpan di tas, abis ngga enak kalau saya buang didepan dia”, lanjut Adi sambil senyum kecut… “Lalu, kenapa setelah sekian lama kamu bisa tertarik kesini?”, telusur Pak Erick… “Ngga juga sih Pak, saya kebetulan saja tadi pagi ada interview disalah satu perusahaan dilantai atas… Kebetulan saya ingat undangan ini beralamat digedung yang sama, ya saya mampir saja”, jawab Adi sekenanya… “Tidak ada yang kebetulan di dunia ini”, gumam Pak Erick dalam hati… “Oh, jadi kamu nyari kerja ya ‘Di?!”, potong Pak Erick… “Eh, iya Pak..”, jawab Adi tak enak… “Sorry ya ‘Di, saya lihat sepertinya kamu bukan orang sembarangan, bukan gaya kamu untuk mencari kerja seperti ini… Benar begitu?!”, tanyanya lebih dalam… “Mungkin iya Pak, saya pun tidak terbayang akan seperti ini”, jawab Adi getir… “Memang ada apa sebenarnya Adi? Boleh..kamu cerita sama saya, Sekarang?!”, potong Pak Erick memecah kesunyian sesaat itu… Seketika itu juga, entah kenapa Adi jadi mulai cerita kehidupannya, dimulai dari kehidupannya semenjak sang Ibunda meninggal, hingga beberapa waktu lalu sang Ayah menyusul, diikuti terenggutnya seluruh harta benda peninggalan untuk menutup hutang usaha mendiang Ayah… Intinya, kehidupan Adi terpuruk… Dalam keheranan Adi bergumam, “Kok ya bisa ya orang ini bikin mau cerita dan terbuka, seketika begitu saja.” Andai saja Adi tahu, Pak Erick ternyata merupakan salah satu penggiat atau praktisi komunikasi berbasis NLP™ alias Neuro-Linguistic Programming… Tidak hanya itu, kemampuannya menggunakan Hypnotic Language Pattern terkenal dahsyat… Beberapa kelas Covert Selling alias Penjualan Tak Kentara sudah dibawakannya dari waktu ke waktu… Masih ada lagi, gelar CFP® alias Certified Financial Planner-nya benar-benar dipraktikan… Beruntunglah Adi bertemu dengannya… “Oh, ok..”, jawab Pak Erick singkat… “Sialan, cape-cape cerita orang ini cuma OK OK doank…”, gerutu Adi dalam hati seraya ingin segera undur diri… “Ayah kamu, tidak punya asuransi-kah Adi?”, lanjut Pak Erick… “Eh, ngga ada kayaknya Pak… Setahu saya, Ayah tidak pernah suka asuransi… Ada sih, kalau ngga salah, dulu ada orang asuransi datang malah Ayah cuekin…”, jawab Adi… Malah Ayah bilang ke orang itu, “Kamu ngga ada kerjaan lain apa selain nawarin asuransi?! Sampai mati saya tidak akan beli asuransi, buat apa buang duit… Kamu cari kerja yang lain saja Mas… Saya usaha (bisnis) begini dari dulu, punya uang banyak, kalau sakit ya tinggal bayar… Pulang saja kamu Mas!” Sontak wajah Pak Erick berubah… “Adi, tahu kenapa kamu sampai mengalami kejadian seperti ini dalam hidup kamu? Tahu kenapa sepeninggalan mendiang Ayah-mu, kamu seperti jatuh miskin? Tahu kenapa hari ini kamu bisa ada disini”, tanya Pak Erick bertubi-tubi… “Eh, ngga tau Pak… Emang kenapa Pak”, selidik Adi… “Karena Ayah kamu tidak pernah mau mendengar seorang agen asuransi, bahkan hanya untuk mendengar… Karena Ayah kamu tidak pernah memikirkan resiko yang dapat ‘membakar’ seluruh harta kekayaannya… Karena Ayah kamu lupa setiap orang dapat sakit… Karena Ayah kamu pernah menolak saya di hari itu…”, jawab Pak Erick sedikit emosional… “Di hari itu, saya adalah agen asuransi yang Ayah kamu tolak… Sayalah yang kamu lihat waktu itu Adi… Ayah kamu lah yang membuat saya berhasil seperti ini… Penolakannya membakar perasaan dan semangat saya…”, tutur Pak Erick “Saat itu saya harus berjuang untuk biaya pengobatan Ibu saya… Tidak pernah cukup uang yang saya kumpulkan, Ibu saya keburu meninggalkan saya… Saya baru tahu manfaat asuransi saat itu, dan karena itu saya kini mengabdi menjadi agen asuransi, demi menebus kesalahan kami sekeluarga yang tidak percaya asuransi sedari awal…”, tegas Pak Erick “Namun Ayah kamu menolak mentah-mentah… Saya ingat persis kata-kata itu, persi dengan yang kamu ucapkan barusan… Saya jadi ingat nama kamu, Yoga Adi Pratama… Ibu kamu yang memintakan kamu dibuatkan asuransi terlebih dahulu…”, jelasnya… “Kelak, setelah penolakan tersebut, saya berjanji, saya harus pastikan dapat menyelamatkan Adi-Adi lainnya… Dan kamu ada disini sekarang”, sambung Pak Erick Adi pun termangu, diam tak tahu harus berkata apa… “Karma atau apa?”, kata Adi dalam hati… “Saya ingat kamu saat kejadian itu diam di sudut ruangan memperhatikan saya setengah diusir Ayah-mu… Ekspresi-mu iba kepada saya, khususnya Ibu-mu yang memperkenalkan saya kepada Ayah-mu… Saya melihat rasa bersalah di wajah Ibu-mu… Namun niatnya baik, saya tahu itu”, tuturnya lagi… “Hari ini, kita dipertemukan kembali… Saya turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian Ibu dan Ayah-mu… Saya menyesal tidak berhasil memberikan pemahaman yang baik tentang asuransi kepada Ayah kamu… Andai saja saya yang bodoh itu nekat dan ngotot terus mendekati Ayah kamu, mungkin lain cerita…”, ujar Pak Erick mendominasi pembicaraan ini… “Adi, tidak ada yang kebetulan di dunia ini… Saya mempercayai hal tersebut… Kehadiran kamu disini, hari ini, lebih ditujukan agar saya dapat menebus kesalahan masa lalu terhadap Ayah kamu… Bantu saya agar tidak ada Adi-Adi lainnya yang harus bernasib seperti kamu, bantu saya selamatkan mereka, bantu saya menyadarkan orang tua mereka, Bisa?!”, sergap Pak Erick… “Bisa Pak”, jawab Adi singkat… Singkat cerita, Pak Erick segera menjelaskan kepada Adi mengenai hal-hal terkait asuransi dan sistem kerjanya… Setelah paham, barulah Adi setuju untuk menjalankan misi membantu orang… Selanjutnya Pak Erick mulai menjelaskan sistem keagenan yang ada, mulai dari target penjualan, target penghasilan dan pencapaian, jangka waktu pencapaian dan segalanya… Satu yang membuat adi terbelalak, “Si Pak Erick masih dibawah 40 tahun dan sudah berpenghasilan IDR 60.000.000,- per bulan?” “Ini orang ngapain aja bisa begini ya?!”, tanya Adi dalam hati… Ia pun tergerak untuk membantu banyak orang sambil menikmati hasil kerjanya di bisnis ini… Kini Adi tahu benar mengapa profesi agen asuransi di perusahaan asuransi seperti ini disebut bisnis, karena semua dijalankan secara mandiri dengan support kantor pusat… Agen berjualan dan mendapatkan komisi… Hal yang wajar mendapatkan komisi karena jerih payah mereka dilapangan… Prinsip dasarnya, semakin banyak aktifitas, semakin banyak closing-an, semakin besar penghasilan… Inilah bisnis, besar-kecil pendapatan ditentukan diri sendiri… Dan inilah yang Adi idam-idamkan, penghasilan atas jerih payah diri sendiri… Setelah penjelasan secara personal tersebut, Adi pun mengikuti acara Business Opportunity Presentation, dilanjut kelas dasar dan wajib bagi calon agen baru, ujian lisensi keagenan AAJI… Semua ini dikawal dan diperhatikan dengan baik oleh sang perekrut, bukan karena kasus spesial Adi, namun inilah standar yang dilakukan Pak Erick… Babak baru pun dimulai… BERSAMBUNG ... Part 4.a Hari – hari awal menjadi seorang agen asuransi jiwa adalah hari teraneh yang mungkin Adi pernah jalani… Berbekal pelatihan dasar dari perusahaan asuransi dimana agensi Pak Erick bernaung, ditambah mengikuti training workshop product dan operational yang lebih komprehensif, Adi masih dipusingkan dengan pemahaman baru tentang asuransi jiwa dan risiko kehidupan… “Ya ampun, banyak sekali yang aku harus pelajari dari urusan asuransi ini…”, pekik Adi dalam hati… Seminggu berlalu, Adi mulai mencoba peruntungan dalam menjalani misi sebagai agen asuransi jiwa… Debut pertama diawali dengan mengontak teman-teman semasa kuliah… Berbekal pengalaman yang terbatas, Adi mulai bercerita tentang manfaat memiliki asuransi… Ada yang diinformasikan manfaat ‘gratis masuk rumah sakit’, ‘dibayarin gaji kalau sakit’, ‘kalau kanker dibayarin perusahaan’ sampai buat ‘uang sekolah’… Tiga sahabat di kuliah menjadi sasaran percobaan Adi… Mereka saat ini beberapa sudah mulai bekerja di perusahaan-perusahaan, beberapa masih menganggur… Dari ketiga sahabat pertamanya, Adi menerima respon berbeda… “Di, lu sinting atau gimana? Ngga ada kerjaan lainnya apa lu? Udah lah, lu ikut gue aja kerja disini, lumayan gajinya… Kerjaannya juga mirip-mirip, kan kalau telemarketing sama kayak lu jualan gini… Bedanya gue di ruangan AC tau… Daripada lu keluyuran ga jelas, hahaha…”, ujar sahabat pertamanya… Sahabat kedua berkata, “Di, lu ada-ada aja, gue aja belum kerja, lu lagi suruh beli beginian… Gue pass dulu deh…” Dan sahabat ketiga yang posisi pekerjaannya sudah lebih baik dari yang dua pertama berkata, “Kalau lu belum berhasil jual minimal 50 polis asuransi, jangan nawarin ke gue… Entar gue closing lu malah kabur lagi… Hahahaha…” Semua tak menyisakan ruang gerak bagi Adi untuk jualan… “Brengsek, susah banget jualan asuransi, mana barangnya ngga ada, cuma kertas-kertas, gimana coba jualnya…”, gerutu Adi dalam pikirannya… Sore berikutnya, Adi secara sengaja janjian bertemu dengan Pak Erick, ingin meminta penjelasan mengapa jual asuransi sedemikian susahnya… Herannya mengapa Pak Erick saat ini berpenghasilan besar? “Gimana cara pintas menuju kesana?”, tanya Adi polos… “Tidak ada jalan pintas Adi!”, jawab Pak Erick… “Semua ada proses”, lanjutnya… “Namun perlu kamu tahu, menjadi agen asuransi adalah jalan pintas itu sendiri menuju kesuksesan yang didamba…”, jawaban Pak Erick menutup pertanyaan Adi… “Gue nanya apa dijawab apa”, gerutu Adi… Pak Erick mulai menjelaskan bahwa produk asuransi itu berbeda sekali dengan produk industri lainnya… Dalam industri consumer goods misalnya, jika kita membeli pasta gigi, maka pasta gigi bermerek tertentu jadi pilihan kita berdasarkan harga, kualitas, ketersediaan barang dan fungsinya… Ada yang memutihkan, ada yang mengurangi ngilu di gigi ada juga yang menahan pertumbuhan bakteri… Semuanya dapat dilihat dan dipilih sebelum membeli serta dapat langsung dicoba seketika setelah dibeli… Intinya membeli barang… Bagaimana dengan asuransi? Berbeda dengan konsep industri consumer goods diatas, asuransi lebih bersifat menjual ide… Ya, menjual ide… Karena ‘barangnya’ asuransi adalah ide perlindungan jiwa dan buku polis yang diterbitkan sebagai bentuk pengikatan kerja sama atau kontrak… “Ok Pak, kalau menjual ide, berarti tidak ada barang yang dijual?!”, telusur Adi… “Ada donk Di, tapi tidak serta merta disebut barang karena tidak ada wujudnya… Buku polis asuransi adalah pengikatnya… Kontrak antara nasabah dengan perusahaan asuransi… Nah, kita itu yang menjualnya ke masyarakat… Paham?”, jawab dan sekaligus pertanyaan balik dari Pak Erick… “Gini deh Pak, saya boleh dijelaskan lagi secara detail tentang asuransi itu?”, pinta Adi… “Memang kemarin kamu training di kantor pusat tidur ya Di, hehehe”, tebak Pak Erick… “Oh ngga Pak, saya cuma waktu training sekalian nyari sampingan ke teman-teman lama…”, jawab Adi sekenanya… “Pantas ‘aja…”, tukas Pak Erick… “Pantas kenapa Pak”, sergah Adi lagi… “Ngga, nanti juga kamu tau sendiri artinya Full Heart…”, ucap Pak Erick penuh makna… Asuransi adalah sebuah jasa… Produknya adalah perlindungan terhadap risiko yang dapat timbul terhadap jiwa (diri) manusia… Ada perusahaan dan ada nasabah… Perusahaan disebut penanggung dan nasabah disebut tertanggung… Tujuan perusahaan asuransi adalah melindungi risiko finansial setiap nasabahnya jika terjadi risiko… Risiko dalam hidup terkait asuransi secara umum adalah sakit, kecelakaan, cacat tubuh dan kematian… Cacat tubuh sendiri ada dua kondisi, kehilangan anggota tubuh dan kehilangan fungsi tubuh… “Ngerti bedanya?”, potong Pak Erick… “Ngerti Pak. Yang satu anggota tubuhnya ada yang hilang, yang satu anggota tubuhnya masih ada tapi sudah ngga berfungsi”, jawab Adi tidak mau kalah… “Hehehe…, saya kira kamu kemarin training bener-bener ngga inget apa-apa Di”, seloroh Pak Erick untuk melanjutkan penjelasannya… Sakit ada yang ringan, sedang dan berat… Yang ringan-ringan ada flu contohnya… Demam berdarah dan tipus mungkin menjadi contoh jenis sakit yang cukup sedang dari segi efek [akibat] dan risikonya … Yang berat mungkin kita bisa menyebut kanker, tumor, stroke dan serangan jantung… Dari kategori sakit yang sedang saja bisa berakibat seseorang meninggal dunia, sekarang bisa dibayangkan bagaimana kira-kira efek dan risiko sakit berat… Kalaupun seseorang bisa sembuh dari sakit berat masih ada risiko yang mengintai, cacat tubuh… Silahkan cek berapa banyak survivor sakit berat yang kita kenal telah sembuh dari sakitnya tapi berakibat hilangnya salah satu fungsi anggota tubuh mereka, beberapa malah kehilangan anggota tubuh dan diakhiri dengan hilangnya kemampuan untuk mencari nafkah secara maksial… Kecelakaan pun menyumbang angka risiko cacat tubuh dan kematian yang sama mengerikan… Perhatikan saja pola mengemudi saat ini… Kecenderungannya pengemudi saat ini semakin tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain… Sepatuh-patuhnya kita kepada aturan lalu lintas, masih ada orang lain yang dapat menimbulkan risiko kepada kita sebagai sesama pengguna jalan… Meninggal dunia yang lebih sering disebut sebagai risiko terakhir dalam kehidupan bukanlah risiko yang benar-benar mengakhiri penderitaan yang ada… Ambil contoh, seorang kepala keluarga terkena sakit berat atau terkena kecelakaan lalu meninggal, terlepas dari biaya perawatan yang sempat dikeluarkan, saat orang tersebut meninggal tentu ada risiko baru yang timbul yaitu: anggota keluarga yang ditinggalkan bukan saja kehilangan seseorang yang dicintai namun kehilangan salah satu pencari nafkah… “Sekarang kamu mengerti ‘kan, apa yang terjadi terhadap kamu sepeninggalan almaruhum Ayah kemarin?”, tanya Pak Erick setelah penjelasan awal tersebut… “Ngerti Pak…”, jawab Adi lemas menyadari keadaannya saat ini dikarenakan abai terhadap risiko yang sebenarnya ada di setiap orang… Tak berharap waktu dapat berputar kembali namun Adi sadar ada yang salah dari pemikiran ‘kuno’ mendiang Ayah-nya… Untuk kasus-kasus cacat tubuh setelah sakit atau setelah kecelakaan pun harus menanggung risiko yang tidak kalah pahit, yaitu: kehilangan kesempatan produktifitasnya… Misalkan seorang pekerja usia produktif terkena cacat tubuh, baik karena sakit atau kecelakaan, tebak saja , kira-kira, apakah perusahaan akan terus mempekerjakannya disaat produktiftasnya menurun drastis? “Tidak ’kan?”, tegas Pak Erick… Disambut anggukan kepala dari Adi… Peran perusahaan asuransi adalah mengurangi dampak risiko tersebut dalam kaitannya terhadap faktor keuangan yang timbulkan dari hal-hal tersebut… Peran tenaga penjual asuransi adalah membuka akses masyarakat untuk memiliki perlindungan asuransi jiwa dari perusahaan asuransi tempat dia bernaung melalui kantor keagenan… Asuransi sendiri terbagi dua, asuransi umum atau asuransi kerugian dan asuransi jiwa… Didalam asuransi jiwa biasanya ada manfaat kematian, kecelakaan, kondisi kritis, pembebasan premi dan kesehatan… Inilah yang selama ini kita -para tenaga penjual asuransi- jual ke masyarakat… Sedangkan asuransi umum contohnya adalah asuransi kendaraan bermotor, kebakaran (properti) dan kerugian lainnya… Dari produk asuransi perlu diketahui awalnya produk asuransi adalah produk asuransi tradisional yang terbagi dalam tiga jenis produk secara umum; Asuransi Berjangka [Term], Asuransi Seumur Hidup [Whole Life] dan Asuransi Dwiguna [Endowment]… Asuransi berjangka bersifat jangka pendek, biasanya tahunan, dapat diperbaharui, preminya rendah, jika ada klaim ditengah masa kontrak [masa pertanggungan] maka polis berakhir dan jika tidak ada klaim hingga kontrak berakhir tidak ada nilai tunai yang didapat… Beberapa orang menganggap ini kurang menarik sekalipun sebenarnya preminya paling terjangkau… Asuransi seumur hidup bersifat jangka panjang, biasanya seumur hidup, preminya tidak begitu tinggi, jika ada klaim ditengah masa kontrak maka polis berakhir dan jika tidak ada klaim hingga kontrak berakhir maka ada sejumlah nilai tunai yang didapat yang biasanya sebesar uang pertanggungan… “Beberapa nasabah asuransi whole life sebenarnya menginginkan waktunya tidak selama itu…”, lanjut Pak Erick… “Asumsinya, jika nasabah tidak melakukan klaim dan tetap hidup sampai dengan kontrak berakhir nilai tunai yang didapat mungkin kurang berguna untuk nasabah tersebut karena faktor usia… Mungkin untuk seseorang berusia 100 tahun nilai tunai sebesar 2 miliar sekalipun sudah tidak dapat Ia pergunakan untuk bersenang-senang karena faktor usia… Mungkin lebih cocok untuk warisan saja…”, penjelasan berikutnya dari Pak Erick… “Hasilnya, calon nasabah menginginkan produk asuransi yang waktunya tidak terlalu lama namun nilai tunai yang akan didapat masih dapat dinikmati… Kira-kira produk yang mana Di?”, tanya Pak Erick… “Ya si dwiguna itu Pak… Itu ‘kan yang waktunya lebih pendek ‘kan? Yang orang mau pakai buat pensiun…”, jawab Adi tidak mau kalah… “Bener Di, itu kamu tau… Kita lanjut ya…”, jawab Pak Erick puas… Asuransi dwiguna bersifat jangka menengah, biasanya kontrak minimal 10 tahun, preminya paling tinggi, jika ada klaim ditengah masa kontrak maka polis berakhir dan jika tidak ada klaim hingga kontrak berakhir maka ada sejumlah nilai tunai yang didapat yang biasanya sebesar uang pertanggungan… “Inilah jawaban dari kebutuhan calon nasabah yang menginginkan perlindungan jiwa sampai dengan mendekati pensiun, karena berharap jika dapat hidup terus sampai dengan usia kontrak berakhir nilai tunai yang diterima bisa dipergunakan untuk masa pensiun… Istilahnya dilindungi sekaligus menabung buat beberapa orang…”, lanjut Pak Erick… “Yaa.., masing-masing calon nasabah tentu akan memilih sesuai kebutuhan mereka ya Di…”, tegas Pak Erick… Jaman sekarang orang mungkin lebih mengenal asuransi terkait investasi atau biasa dikenal dengan nama unit link… Maksud sederhana dari unit link adalah produk asuransi yang ada nilai atau porsi investasi… Penempatan investasi ini pun beragam, ada yang di pasar modal dan pasar uang… Pasar modal itu contohnya saham dan obligasi sedangkan pasar uang itu contohnya deposito dan SBI alias Sertifikat Bank Indonesia… Perusahaan asuransi pun biasanya memiliki beberapa variasi pilihan penempatan dana investasi yang biasanya adalah kombinasi dari keempat penempatan diatas tadi… Yang mengelola dana investasi ini adalah para Manajer Investasi kepercayaan perusahaan asuransi… Penempatan dana yang risikonya paling tinggi adalah fund yang mayoritas penempatannya di saham sedangkan penempatan dana yang risikonya paling rendah adalah fund yang mayoritas penempatannya di deposito… Untuk risiko yang sedang dapat terdapat di fund yang mayoritas penempatannya kombinasi dari saham-obligasi atau obligasi-deposito… Dikombinasikannya penempatan dana diatas tadi, terkait dengan profil risiko si calon nasabah itu sendiri… Profil risiko nasabah agresif [berani] dapat memilih penempatan di fund yang mayoritasnya di saham, profil risiko nasabah konservatif [bermain aman] dapat memilih penempatan di fund yang mayoritasnya di deposito sedangkan profil risiko nasabah moderate [berisiko sedang] dapat memilih penempatan di fund yang mayoritasnya saham-obligasi atau obligasi-deposito… “Adi tahu ’kan arti kata-kata High Risk High Return, Low Risk Low Return… Yang artinya, semakin tinggi risiko yang terdapat dalam penempatan sebuah dana maka semakin tinggi juga potensi keuntungan yang bisa didapat dan semakin rendah risiko yang terdapat dalam penempatan sebuah dana maka semakin rendah juga potensi keuntungan yang bisa didapat…” telusur Pak Erick dan disambut jawaban pasti dari Adi, “Paham Pak….” “Oleh karena itu kita harus selalu memastikan, saat menawarkan produk asuransi, khususnya juga pada penempatan investasi selalu merujuk kepada kepentingan dan tujuan dari nasabah itu sendiri, bukan asal-asalan menawarkan produk dan atau atas kepentingan diri sendiri…”, tegas Pak Erick… “Memangnya ada yang jualan asal-asalan Pak?”, tanya Adi curiga… BERSAMBUNG... PART 4.B “Hmm, mungkin masih ada ya Di yang berjualan belum sesuai pedoman yang ada… Biasanya karena kurang paham saja si tenaga penjualnya…”, tegas Pak Erick… Investasi bisa dikatakan menempatkan dana yang ada saat ini di satu atau beberapa instrumen investasi untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang… Perlu diketahui juga, khususnya dalam hal pemilihan penempatan dana investasi, ada lima pertimbangan untuk seseorang memilih instrumen investasi… Pertama adalah tujuannya… Bagaimanapun setiap orang yang berinvestasi pastilah mengharapkan keuntungan… Keuntungan inilah yang ingin dipergunakan disuatu saat nanti… Jika menyebut kata ‘suatu saat nanti’ inilah gambaran dari rencana “biaya anak sekolah/kuliah”, “biaya menikah”, “biaya jalan-jalan/ibadah”, “persiapan pensiun” dan tujuan-tujuan lainnya… Ingat, kata-kata tersebut adalah bahasa pemasaran yang perlu diperjalas sejelas-jelasnya kepada calon nasabah… Kedua adalah jangka waktunya… Setelah tahu tujuannya tentu kita bisa dengan mudah mengukur rentang waktu dari tujuan tadi… Ada rentang jangka pendek 1-5 tahun, jangka menengah 5-10 tahun dan jangka panjang diatas 10 tahun… Jika ingin digunakan untuk biaya anak sekolah/kuliah sedangkan saat ini anak baru berusia –misalkan- dua tahun, maka kita dapat perkirakan dalam kurun waktu 14 – 16 tahun kedepan kita harapkan nilai keuntungan investasi sudah dapat terbentuk sesuai target… Begitu juga untuk target lainnya… Semakin lama jangka waktu yang ada, menempatkan dana di instrumen investasi berisiko tinggi sekalipun masih cukup aman… Keadaannya akan jadi tidak tepat jika jangka waktu yang dituju masih lama [diatas 10–15 tahun yang akan datang] namun ditempatkan di instrumen berisiko rendah, maka kemungkinan target tidak dapat terpenuhi… Pun begitu juga kebalikannya, jika jangka waktu yang dituju sudah dekat [dibawah 5 tahun] namun dana ditempatkan di instrumen berisiko tinggi, maka ada risiko target tidak dapat terpenuhi karena faktor penurunan hasil keuntungan investasi yang mungkin sedang berlangsung… “Ketiga adalah risikonya… Ini tadi sudah saya jelaskan di bagian sebelum ini ya Di, yang kaitannya High Risk High Return dan Low Risk Low Return itu lho…”, singkat Pak Erick… “Iya Pak, paham…”, jawab Adi bersemangat sambil senyum-senyum… Mungkin dibagian ini Adi semakin semangat belajar kembali dengan Pak Erick mengingat minat belajar investasi Adi sudah ada sejak lama… Baru kali ini Adi menemukan partner belajar yang “mudah dan mempermudah” cara dia belajar dan memahami sebuah materi, namun tetap sesuai ketentuan… Keempat adalah likuiditasnya alias tingkat kemudahan pencairan kembali… Selain penempatan di pasar modal dan pasar uang tentu ada instrumen investasi lainnya, properti, otomotif, waralaba, emas, logam mulia, perkebunan dan lain sebagainya… Tinggal kita mempertimbangkan seberapa cepat masing-masing instrument tersebut dapat dicairkan kembali jadi modal [katakanlah dijual untuk mendapatkan uang tunai]… Kita memang mengetahui bahwa properti bisa dikatakan salah satu instrumen investasi yang return-nya cukup tinggi selama ini, namun perlu kita sadari bahwa untuk menjual sebuah properti ditempat strategis sekalipun diperlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit… Sekarang bedakan penempatan di instrumen pasar modal atau pasar uang, relatif tidak memakan waktu lama dan atau biaya yang besar… “Semua kembali kepada tujuan awal berinvestasi calon nasabah kita Di… Tidak selamanya investasi harus di properti atau harus di pasar modal, semua benar-benar merujuk kepada kepentingan dan tujuan dari masing-masing [calon] nasabah…”, tegas Pak Erick dengan serius… Kelima adalah perhitungan pajak… Seperti kita ketahui bahwa pajak adalah adalah salah satu modal membangun bangsa ini… Hasil dari pajak harapannya akan dipergunakan untuk meningkatkan kualitas bangsa ini… Oleh karena itu, instrumen investasi masing-masing memiliki perhitungan pajaknya… Untuk kaitannya dengan hasil investasi dari asuransi unit link, pemerintah menetapkan pajak sebesar 20% dari hasil keuntungan yang didapat, jika terjadi penarikan dibawah tiga tahun [24 bulan]… Setelah lewat bulan 24 atau di bulan 25 maka tidak diberlakukan lagi pengenaan pajak jika dilaukan penarikan hasil keuntungan investasi… Hal ini dikarenakan pemerintah memancing masyarakat untuk giat berinvestasi… “Pak, terlepas dari pajak itu mau dipakai untuk hal yang benar atau ngga sekalipun, kenapa harus dipajakin keuntungan yang didapat? Kita yang kumpulin uang dari kerja keras, pajaknya juga ngga jelas dipakai untuk apa?! Jangan-jangan uang hasil pajak kita-kita nanti malah di….”, celoteh Adi yang segera di potong Pak Erick secara tegas, “Udah Di, ngga usah bahas itu, bukan urusan kita… Yang penting kita amanah menjalankan tugas sebagai agen, itu saja…” “Ya ampun, hari gini dia ngomongin amanah? Masih ada gitu emangnya?!”, tukas Adi dalam hati… Di perusahaan ini juga ada asuransi yang dilengkapi investasi dimana porsi investasinya lebih besar… Disini premi dibayarkan hanya sekali saja dengan ketentuan minimal, namun jika kelak ingin menambah penempatan investasinya dapat dilakukan dengan cara top up… Pengambilan juga dapat dilakukan dengan tetap ada batas minimal penarikan dan minimum dana tersisa… Untuk pengalihan dana dari satu fund ke fund lainnya juga bisa sesuai aturan… Yang satu ini cocok buat orang-orang yang kita sebut sebagai investor… Hanya saja di jenis ini tidak ada manfaat tambahan alias rider… Ada juga asuransi yang dilengkapi investasi serta memiliki manfaat tambahan… Yang satu ini bisa dikatakan lebih lengkap dari segi manfaat, berbeda dari sebelumnya yang fokus ke para investor… Didalam jenis yang satu ini terdapat manfaat tambahan alias rider… Pada kedua jenis asuransi tersebut, semua memiliki manfaat dasar berupa manfaat kematian dan manfaat cacat total dan tetap… Setelah bahasan tentang asuransi tradisional, unit link dan hal lain terkait asuransi tentu ada pertanyaan Adi yang belum terjawab sama sekali, “Cara pintas menuju sukses menjual asuransi…” Semua penjabaran Pak Erick baru sebatas mengulang fondasi pemahaman Adi… Untungnya, Pak Erick sangat berpengalaman dalam menjelaskannya… “Adi, kamu pasti masih ingat ada beberapa produk asuransi untuk beberapa kategori risiko dalam hidup manusia…”, tanya Pak Erick mencoba menyegarkan pemahaman Adi… “Ya Pak, risiko sakit, kecelakaan, cacat dan mati, benar ‘kan Pak? Terus apa hubungannya dengan produk yang kemarin saya belajar Pak? Kan ada ‘tuh manfaat gratis rumah sakit, dibayarin gaji kalau sakit, kalau kanker dibayarin sama buat uang sekolah…”, jawab Adi percaya diri… “Sebentar Adi, kamu punya penjelasan seperti itu darimana? Hasil belajar dari kantor pusat kemarin?”, telusur Pak Erick setengah tak percaya… “Kalau dasarnya seperti yang bapak cerita tadi sih sama seperti cerita dari kantor pusat…”, jawab Adi kali ini dengan perasaan tahu ada yang salah… “Sisanya, omongan kamu yang barusan, gratis rumah sakit, dibayarin gaji kalau sakit, sama buat uang sekolah, belajar dimana?!”, tegas Pak Erick sekali lagi? “Umm, denger dan nanya-nanya ke sesama agen Pak… Ada yang salah’kah?! Saya nawarin ke teman-teman lama saya juga begitu kok Pak…”, tanya Adi memastikan seraya mengingat-ingat kembali kejadiaan saat melakukan prospek kepada teman-teman lamanya… “Apakah ada yang salah?! Kok Pak Erick kayaknya sewot banget…”, gumam Adi dalam perasaan… “Salah 100% tidak Adi, hanya saja jika kamu menjelaskan kepada calon nasabah seperti itu ada potensi salah persepsi… Kelak nasabah bisa mencak-mencak bukan saja ke kamu dan perusahaan, tapi ke saya juga, karena penjelasan kita yang salah… Itu namanya miss selling Adi… Bukan ‘nona penjualan’ ya, tapi kesalahan dalam proses penjualan…”, urai Pak Erick sambil senyum-senyum menghilangkan ketegangan dan disambut senyuman kecut Adi dan kata-kata dalam hati, “Gue juga tau kali arti ‘miss selling’ bukan nona penjualan…” Perlu diketahui, Pak Erick dikalangan tenaga penjual asuransi terkenal sangat patuh terhadap peraturan yang ada, menghindari dari kesusahan yang mungkin bisa timbul jika mengambil ‘jalan pintas’… “Semua yang kamu tadi jelaskan, jelas-jelas berpotensi miss selling Adi, dan saya tidak mentolerir hal-hal yang dapat mengancam bisnis saya… Sekali lagi, semua itu tidak salah 100% karena hal tersebut adalah bahasa penjualan alias bahasa marketing… Sah-sah saja jika disertai penjelasan yang baik… Jika asal ucap seperti itu, kelak bisnis kita dapat rusak karenanya dan itu mengapa saya beranggapan masih ada yang jualan asal-asalan alias belum sesuai pedoman yang ada, ngerti ya Adi…”, tegas Pak Erick sekali lagi agar Adi paham… “Siap Pak..”, jawab Adi singkat… “Lalu, gimana sebenarnya hubungan antara risiko hidup yang ada dan produk asuransi yang ada saat ini Pak?”, pinta Adi secara tak langsung agar Pak Erick kembali buka mulut… Risiko dalam hidup telah dibagi dalam beberapa kategori agar mudah dipahami… Risiko sakit, kecelakaan, cacat tubuh dan kematian… Pembagian ini yang menjadikan perusahaan asuransi memiliki beberapa jenis produk atau manfaat tambahan asuransi… Untuk manfaat tambahan alias rider ada manfaat tambahan meninggal, kecelakaan, kondisi kritis, pembebasan premi dan kesehatan… Kelima kategori manfaat tambahan ini yang perlu dipahami luar kepala karena merupakan dasar dari bagian manfaat tambahan alias rider… Perlu diketahui bersama ada beberapa istilah terkait sebuah polis asuransi jiwa pada umumnya… Tertanggung adalah: Orang yang ditanggung risikonya oleh perusahaan asuransi jiwa Tertanggung Tambahan adalah: Orang yang turut dpertanggungkan risikonya oleh perusahaan asuransi jiwa dalam manfaat tertentu Penanggung adalah: Perusahaan asuransi yang menanggung risiko nasabahnya alias tertanggung Pemegang Polis adalah: Orang yang melakukan kontrak dengan perusahaan asuransi jiwa Pembayar Polis adalah: Orang yang melakukan pembayaran atas sebuah polis, biasanya ada hubungan keterikatan asuransi didalamnya seperti suami-istri dan orangtua terhadap anak. Dalam kata lain ada hubungan darah dan ketergantungan finansial Polis adalah: Bentuk fisik dari kontrak asuransi yang dibuat oleh perusahaan berisi tentang ketentuan atas perjanjian dan seluruh klausul yang harus ditegakan kedua belah pihak bersifat dan berketetapan hukum dimata Negara Republik Indonesia Selain itu ada istilah Uang Pertanggungan yang berarti: Sejumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi dalam kaitannya memenuhi janji atas manfaat sesuai ketentuan dalam polis Manfaat tambahan alias rider seperti sudah diketahui sebelumnya adalah pelengkap dari sebuah manfaat dasar asuransi, yaitu: Manfaat kematian dan manfaat cacat total dan tetap… Dalam hal ini kita bisa membahas secara umum manfaat tambahan tersebut dalam beberapa bagian besar… Manfaat tambahan meninggal biasanya dipilih seorang nasabah untuk menambah uang pertanggungan meninggal dunia… Pilihan ini biasanya didasari alasan biaya, dimana hal ini lebih efisien daripada Ia menambah uang pertanggungan dasarnya… Manfaat tambahan kecelakaan biasanya dipilih seorang nasabah untuk mendapatkan perlindungan dari risiko kecelakaan, yaitu: Risiko kematian atau risiko cacat tubuh akibat dari kecelakaan… Ada jenis manfaat tambahan kecelakaan yang hanya melindungi risiko meninggalnya saja dan ada yang melindungi risiko meninggal serta cacat tubuh sekaligus… Dalam kasus kecelakaan tertentu mendapatkan uang pertanggungan dua kali lipat… Manfaat tambahan kondisi kritis saat ini di perusahaan asuransi sudah semakin banyak variannya… Dimulai dari jika seorang nasabah mengalami kondisi kritis akan dibayarkan sekaligus uang pertanggungannya ada juga yang dibayarkan sebagian-sebagian… Lalu ada yang dibayarkan sebagai pengganti pendapatan bulanan sampai dengan pembebasan premi atas kondisi kritis tersebut… Mengapa disebut “manfaat kondisi kritis” bukannya “manfaat penyakit kritis”, karena manfaat yang dibayarkan tidak hanya untuk penyakit kritis namun ada juga manfaat yang dibayarkan untuk tindakan medis atas sebuah penyakit kritis… Contoh: tindakan operasi by pass jantung bukanlah sebuah penyakit kritis melainkan sebuah tindakan medis dari penyakit penyempitan pembuluh darah jantung… Syarat utama agar dapat dibayarkan manfaat tersebut adalah jika nasabah mengalami satu dari sekian banyak kriteria kondisi kritis yang ditetapkan perusahaan… Untuk uang pertanggungan yang dibayarkan sekaligus pun memiliki pilihan berbeda, ada yang membayarkan uang pertanggungan kondisi kritisnya namun mengurangi uang pertanggungan dasar, ada juga yang tidak mengurangi dan ada juga pilihan yang membayarkan lebih dari satu kali atas kondisi kritis yang berbeda… Untuk uang pertanggungan yang dibayarkan sebagian-sebagian perusahaan melihat dari tingkat risiko atas kondisi kritis tersebut… Perusahaan dalam hal ini akan membayarkan mulai dari kondisi kritis yang dianggap ringan, menengah sampai yang berisiko tinggi… Fitur ini juga dilengkapi dengan beberapa manfaat pelengkap lainnya… Manfaat pengganti pendapatan terjadi pada keadaan seorang nasabah yang terkena kondisi kritis biasanya pendapatan setiap bulannyanya akan hilang… Uang pertanggungan yang dibayarkan bulanan berperan sebagai pengganti pendapatannya… Manfaat pembebasan premi diberikan perusahaan jika tertanggung mengalami kondisi kritis sehingga perusahaan akan membebaskan pembayaran atas polisnya yang memastikan polisnya tetap aktif… Dalam hal ini ada pilihan pembebasan premi proteksi saja dan pembebasan premi proteksi dan investasi… Artinya dalam keadaan terkena kondisi kritis nasabah tidak perlu khawatir pembayaran polisnya karena akan dibayarkan oleh perusahaan… Manfaat kesehatan adalah salah satu yang paling diminati oleh nasabah mengingat cakupan manfaat yang diberikan oleh perusahaan… Manfaat rawat inap ini terbagi dua, yaitu: Penggantian atas seluruh biaya di rumah sakit sesuai pilihan plan yang biasanya dilengkapi dengan kartu [cashless] dan penggantian manfaat harian di rumah sakit yang biasanya dibayarkan dengan cara reimbursement… “Ok Adi, saya sudah jelaskan panjang lebar ke kamu ya… Dan ini bukan sekali dua kali kamu belajar tentang asuransi jiwa di perusahaan ini… Sekarang saya mau tanya ke kamu, bisa?!”, pinta Pak Erick… “Bisa Pak!”, jawab Adi kali ini lebih percaya diri dan siap menghadapi ‘ujian’ dari Pak Erick menyangkut pemahamannya… Terlintas di pikiran Adi, “Mau tanya apa lo sekarang, gue jawab deh…” “Ini bukan pertanyaan pertama Adi, ini baru pembuka… Saya mau tahu, kamu benar sudah semakin paham tentang asuransi?!”, telusur Pak Adi serius… “Sudah Pak. Saya semakin paham dengan ini semua…”, jawab Adi makin percaya diri dan tak sabar untuk menghadapi ujian yang diperkirakannya… “Baik! Tadi kamu bilang sempat menawarakan ke teman lama kamu manfaat gratis rumah sakit, dibayarin gaji kalau sakit, kalau kanker dibayarin sama buat uang sekolah… Benar?!”, ujar Pak Erick mengembalikan memori Adi ke awal diskusi ini… “Umm…, Iya Pak…”, jawab Adi kini ragu… Dari pertanyaan pembukan itu pun Adi dapat menyimpulkan bawah Pak Erick tidak akan melakukan uji pemahaman… “Sekarang jawab ya, berdasarkan pemahaman kamu sekarang, apakah benar prosesnya jika kita bertemu orang, menawarkan asuransi tanpa pejelasan yang lengkap?! Hanya bilang ini-itu gratis dan dapat duit! Hebatnya saya lihat status kamu sudah berganti menjadi ‘Perencana Keuangan TOP’ 5 menit sejak lulus ujian AAJI, benar?!”, ujar Pak Erick… “Kalau orang tersebut mau beli karena setidaknya percaya sama kamu dan tertarik dengan bahasa jualan kamu yang tidak bertanggung jawab itu, kira-kira, jika suatu hari dia mau klaim dan tidak dibayarkan hanya karena salah pemahaman, bagaimana?!”, lanjut Pak Erick… Tanpa memberi ruang jawab bagi Adi pertanyaan terus diberondong keluar dari mulut Pak Erick, “Ambillah contoh ada nasabah yang beli polis sama kamu, sempat dengar kata masuk rumah sakit gratis kalau beli polis dari kamu, lalu suatu hari dia masuk rumah sakit dan ditolak untuk dijaminkan provider kita karena dia memang tidak punya manfaat kesehatan, kira-kira, dia akan marah dan menuntut kamu? Kira-kira saja, apakah bisnis kamu ini bertahan lama?”, cecar Pak Erick… “Seperti itukah sikap seorang Perencana Keuangan TOP yang baru lahir ke dunia asuransi ini berlaku? Saya rasa tidak ya Adi… Sekarang silahkan jawab dari diri Anda sendiri!!!, perintah Pak Erick… “Umm…”, jawaban itu juga yang keluar dari mulut Adi… Kelu dan tak dapat berkata-kata menyadari ‘jalan pintas’ itu tetap membutuhkan sebuah proses… |
ArchivesCategories |